Ilmuwan Kembangkan Alternatif Makanan Pengganti untuk Atasi Malnutrisi
Pecelcom, Jakarta - Tidak seimbangnya asupan gizi dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari bisa menimbulkan risiko malnutrisi. Apalagi, pada anak-anak, malnutrisi bisa memengaruhi kemampuan otak mereka untuk bisa berpikir lebih baik.
"Kurang gizi memiliki beberapa efek samping, misalnya jika kurang protein seseorang bisa mengalami gangguan pertumbuhan atau stunting, dapat juga mengurangi kekebalan tubuh, melemahkan fungsi jantung, dan gangguan sistem pernapasan," ungkap Michael Mosley, praktisi kesehatan sekaligus presenter salah satu acara di BBC dan dikutip pada Senin (26/1/2015).
Tidak hanya itu, kurangnya asupan vitamin A bisa menyababkan kebutaan hingga penyakit yang bisa menimbulkan risiko kematian seperti kolera, campak, dan malaria. Sementara, ketika tubuh tidak memiliki asupan zat besi yang cukup, seseorang bisa terkena anemia hingga tubuh merasa mudah lelah dan lesu. Bila ibu hamil mengalami anemia yang tidak teratasi dengan baik, hal itu bisa berbahaya bagi perkembangan janin dan kesehatan si ibu sendiri.
Michael menambahkan, kekurangan yodium bisa menimbulkan gangguan fungsi hormon sebab yodium berguna untuk kelenjar tiroid yang berfungsi sebagai pengatur hormon di dalam tubuh. Jika hal tersebut terjadi pada anak, risikonya bisa menyebabkan perkembangan otak yang buruk, IQ minim, bahkan bisa mengakibatkan keterbelakangan mental dan cacat bawaan lahir.
Berdasarkan data WHO, kasus malnutrisi di kawasan Asia Tenggara ini paling banyak disebabkan kekurangan vitamin A. Kasus ini terutama banyak terjadi di kalangan masyarakat kurang mampu dengan pola makan yang terbiasa mengonsumsi beras atau nasi. Sehingga, asupan vitamin dan nutrisi lainnya kerap diabaikan dikarenakan masalah finansial.
Nah, baru-baru ini, studi menemukan alternatif 'makanan pengganti' untuk membantu menyelesaikan masalah ketidakseimbangan gizi yang dialami masyarakat kurang mampu. Kini, para ilmuwan menciptakan bio-fortified foods yang nasinya mengandung banyak vitamin dan disebut sebagai Golden Rice. "
"Nasi ini dapat diberikan kepada orang yang mengandalkan beras sebagai makanan pokok. Di sebagian masyarakat, serangga juga mampu digunakan sebagai sumber protein hewani, lemak, vitamin, serat, dan mineral. Misalnya di Thailand sudah ada petani serangga. Sebab, serangga juga dipercaya bisa digunakan sebagai pengganti burung dan mamalia sebagai sumber protein," terang Michael.
Nah, bagi orang yang tidak berminat mengonsumsi serangga, para peneliti menemukan makanan alternatif lain seperti daging sintetis. Daging tersebut menggunakan sel punca yang diekstrak dari sapi. Namun, masih tetap diperlukan penelitian lebih lanjut terkait penemuan ini. Meskipun, para ilmuwan berpendapat jika temuan ini tetap berpotensi untuk mengembangkan daging sintetis sebagai alternatif sumber pangan.
Post a Comment